Sabtu, 26 Oktober 2019

Aku Ngewe Dipinggir Pantai

Aku Ngewe Dipinggir Pantai


cerita sex – Dinding rumah mulai agak kusam,tandanya rumah harus segera ada perhatian.Ya plafon juga sudah ada sedikit ada sedikit kerusakan,ya lumyan lama rumah ini berdiri sekitar 5 tahun yang lalu.Suasanya halaman yang dulunya asri oleh bunga warna-warni kini seakan tiada lagi,hanya tertinggal berbagi saja,bunga tulip,melati satu batang,bunga anggrek pemberian tante.

Semua itu prediksi ku harus segera di percepat mengingat rumah ku sebagai tempat kost,Penghuninya biar nyaman yang “punya rumah kudu”perhatian juga.Mengingat service itu dimana saja harus baik.

Aku Punya tempat kos-kosan,dengan menjadikan rumah sebagai tempat beristirihat sejenak bagi yang membutuhkan,Tapi dalam yang ku alami aku tidak pernah menduga ada kejadian mengesankan,ini ceritanya,Pertama kali aku mengenalnya adalah saat pulang dari Jakarta, dia adalah siswa sekolah keguruan yang ada di kotaku pada saat itu,dia cantik,manis dan bertubuh mungil dengan kulit putih. Dasar nasibku lagi mujur tak lama berselang dia pindah kost kerumahku jadi mudah bagiku tuk lebih jauh mengenalnya.

Ternyata orangnya supel dan pandai bergaul, sehingga aku tambah berani tuk menyatakan perasaan hatiku, lagi-lagi aku beruntung dia menerima pernyataanku ,ukh bahagianya aku.

BACA JUGA: KETAHUAN NGENTOT SAAT SEDANG KEENAKAN DENGAN TANTE

Suatu hari aku ada acara keluar kota ,iseng aku mengajaknya pergi,ternyata dia menyambut ajakanku. Sepanjang jalan menuju luar kota kami ngobrol sambil bercanda mesra,kadang tanganku iseng pura –pura tak disengaja menyentuh pahanya mulanya dia menepis tanganku tapi lama kelamaan membiarkan tanganku yang iseng mengelus pahanya yang putih dan gempal,aku memberanikan diri mengelus- elus pahanya sampai kepangkal pahanya . Dia tetap diam bahkan seperti menikmati elusan tanganku.

Aku tarik tanganku dari rok hitamya lalu bertanya padanya boleh nggak aku menyentuh payudaranya yang membukit dibalik baju berwarna pink.mulanya dia menolak ,aku coba merayunya bahwa aku ingin mengelus walau hanya sebentar.

Akhirnya dia mengangguk pelan,langsung aja tanganku menyusup kebalik bajunya dan mengusap,mengelus bahkan saat kuremas susunya yang mungil dan kenyal dia hanya mendesah dan menyandarkan kepalanya pada sandaran jok mobil yang kami kendarai.Kupermainkan putting susunya dengan dua jari dia semakin mendesah ,sambil tetap menyetir aku tarik reslting celanaku dan aku keluarkan penisku yang telah menegang sejak tadi bak laras tank baja ,aku pegang tangannya dan kutarik kearah penisku, saat tangannya menyentuh penisku yang besar dan panjang dia tarik kembali tangannya mungkin kaget karena baru pertama kali.

Dengan sedikit basa basi kembali kutarik tangannya tuk memegang penisku akhinya dia menyerah kemudian mulai mengelus penisku perlahan.

“ Ang,punyamu besar sekali hampir sebesar pergelangan tanganku “ katanya
“ Hmm,susumu juga kenyal sekali “ kataku sambil menikmati elusan tangannya pada penisku

Tak lama kami sampai di kota tujuan,langsung aku cari tempat untuk menginap setelah itu pergi lagi tuk belanja keperluan selama di kota itu.

Malam kami ngobrol diberanda depan kamar tempat kami menginap sambil nonton tv ,kami duduk berdampingan sekali kali tanganku bergerilnya ditubuhnya ternyata dia dibalik baju tidurnya dia hanya memakai cd sehingga tanganku bisa bebas meremas remas susunya dan mempermainkan putingnya .

“ Akh,Ang jangan terlalu keras “ katanya kala kuremas dengan rasa gemas.
“ Maaf,habis susumu kenyal sekali “ kataku
“ Iya ,tapi sakit “ katanya
“ Iya pelan deh,kita pindah kedalam yuk “ kataku berbisik padanya dan mengangguk perlahan.

Sesampainya didalam aku peluk dia dari belakang,kuciumi tengkuknya yang putih dengan penuh nafsu dia bergelinjang kegelian sedangkan kedua tanganku bergerilya pada tubuhnya.
“ Akh,Ang ………..shhhhhhhh “ kata mendesah

Tanganku mulai membuka kancing bajunya satu persatu dan kulepas bajunya hanya tinggal cd nya yang berwarna hitam.Kukulum bibirnya ,dia membalas kulumanku dengan penuh gairah.Tangannya mengusap-usap penisku sesekali meremasnya sehingga aku merasakan nikmat yang tak terhingga.

“Ukh,…teruskan yang “ kataku
“ Ikh besar sekali,panjang lagi “ katanya.
“ Ssssst ,”kataku sambil mengulum putting susunya yang makin menegang,tanganku kupergunakan untuk menurunkan cdnya .Kuusap perlahan gundukan daging empuk yang ditumbuhi bulu – bulu hitam halus ,dia menggelinjang kegelian dan kulanjutkan dengan menggelitik belahan memeknya hangat terasa.

“Akh,….teruskan pelan pelan “katanya sambil meremas penisku.Kemudian aku menurunka kulumanku pada susunya ke pusarnya ,dia mengangkat pinggangnya keenakan kuteruskan ciumanku pada memeknya dan menegang saat lidahku yang kasar menjilati memeknya yang merah merekah. Dia mengimbangi permainan lidahku dengan menggoyangkan pinggulnya bibirnya tak henti-henti mendesah .

“Sekarang giliranmu sayang “kataku padanya sambil menyodorkan penisku kemulutnya .Perlahan tapi pasti dia mulai menciumi batang kemaluanku yang sejak tadi menegang ,saat dia mulai mengulum penisku terbang rasanya menahan rasa nikmat .

Setelah itu kutelentangkan kekasihku yang putih,susunya yang mungil menggunung dengan memeknya yang merah merekah dibalik bulu- bulu hitam halus .Perlahan – lahan aku menaikinya ,kugosok-gosokkan penisku pada belahan memeknya dia meregang sambil mendesah tak karuan merasakan nikmatnya gosokkan penisku.Kemudian kutekan sedikit demi sedikit penisku pada memeknya ,pinggulnya naik seakan menyuruh agar penisku segera dimasukkan pada memeknya.

“Ayo,akh aaaaaaaakh teruskan sayangku” katanya sambil menarik pinggangku
“Baiklah ,sayang aku masukkan ya “ kataku sambil menekan penisku agar masuk lebih dalam lagi pada lubang memeknya perlahan karena takut dia kesakitan,sempit sekali.

“Aduh..,sakit Ang akh……..” katanya
“Sebentar juga hilang “ kataku,penisku keluar masuk memeknya yang terasa basah dan hangat.Rupanya ini pengalaman pertama baginya karena ada noda darah pada pangkal pahanya.

“Terus ….lebih cepat akh………ukh nikmat sekali kontolmu yang” katanya berani mungkin karena pengaruh rasa nikmat dari keluar masuknya penisku yang panjangnya 18 cm,penisku pun mulai merasakan nikmat dari gesekan dengan dinding dalam memeknya.

“Akh…….terus goyang pinggulmu “ kataku padanya,dan dia menuruti kataku menggoyangkan pinggulnya Tak lama dia mengerang sambil memelukku erat rupanya dia telah mencapai orgasme,dia berbaring lemas dibawaku sedangkan penisku masih menancap pada memeknya yang terasa basah .Terlihat ada air mata pada ujung kelopak matanya ,melihat itu aku segera berbisik padanya bahwa aku akan bertanggung jawab atas semua ini.

Barulah dia berubah riang kembali dan aku mulai aktifitas kembali menaik turunkan penisku dan dia merespon gerakanku dengan bersemangat .Malam itu melakukannya sebanyak 6 kali sampai akhirnya tertidur pulas sampai pagi.

Mandi Bersama Tante Bohai

Mandi Bersama Tante Bohai


Cerita sex –  Namaku “Rendi “. Dalam cerita keduaku setelah kisah kak Linda, aku hendak berbagi lagi pengalamanku. sekiranya belum membaca, aku berkeinginan memperkenalkan jati diriku. Aku menetap dikota S Jawa Tengah, tinggiku 169 cm dan berat badanku 52 kg. Aq ketika ini kuliah di salah 1 universitas ternama diJateng. Kini aku inginkan langsung kisah pengalamanku ketika aku masih duduk ruang belajar 1 SMP namun aku masih ingat betul ceritanya.

Saat Aq lulus di SD aku mendapat nilai yang paling memuaskan. Seperti janji ayah ku bila nilaiku baik aku bakal dikirim di luar kota yang pendidikannya lebih baik. Dis ana aku dititipkan dirumah pamanku, om Hari. Dia orang yang paling kaya raya. Rumah nya paling megah namun terletak disebuah desa pinggir kota.

Rumahnya ada dua lantai dan di lengkapi pun kolam renang yang cukup besar selama ukuranya 25 meter kali 20 meter.  Om Hari orang nya paling sibuk, dia memiliki istri yang paling cantik namanya Tante Reni, wajah nya serupa dengan Amara. Dia memiliki anak yang masih kecil. Tante Reni rajin mengasuh tubuh nya, walapun dia sudah memiliki satu anak tubuhnya tetap padat mengandung di tunjang dengan payudara yang paling montok kira kira 34B menjadikan semua w lelaki terbelalak melihatnya. Hal tersebut yang membuatku tertarik bakal keindahan serta anugrah dari seorang wanita.

Sesampainya dirumah Om Hari. Aq menginjak pintu lokasi tinggal yang besar. Disana aku di sambut oleh Om Hari dan istrinya. Om Hari menjabat tanganku sementara Tante menciumku. Aku agak sungkan dengan perlakuan laksana itu. Pembantu disana diajak membawa kan tasku dan mengirimkan sampai di kamarku.

BACA JUGA: CEWEK CANTIK TERTARIK DENGAN MANTRA

Setelah tersebut Aq berkeliling lokasi tinggal melihat empang renang serta sempat menyaksikan kamar mandi yang tak terbayang olehku.  Disana terdapat lokasi cuci tangan dengan cermin yang besar wc, bathup, dan dua shower yang satu dengan kaca buram sedangan yang satu dengan kain yang diputar kan menyusun 1/4 lingkaran (sorry aku nggak tahu namanya). Tempat tersebut masih dalam satu ruangan tanpa penyekat.

Sore hari, aku duduk ditepi kolam. Om Hari datang mendekat ku dia bilang inginkan pergi terbit kota. Dia pun mohon maaf tidak dapat menemaniku. Kami pun mengirimkan sampai pagar rumah. Setelah tersebut Aq pulang duduk merasakan suasana empang renang. Tiba mendarat dari belakang hadir sosok yang paling menawan. Tante dengan baluatan piyama mendekat ku.

“Ren anda suka nggak ama lokasi tinggal ini”
“Suka banget Tante, kayak nya aku betah banget dengan lokasi tinggal ini tiap sore dapat renang”
“Kamu suka renang, yuk anda renang bareng, pas masa-masa ini udara paling panas

Wahhh kebetulan Aq dapat renang ama Tante bahenol. Waktu bertemu kesatu kali aku cuma dapat membayangkan format tubuhnya masa-masa renang dengan balutan swimsuit.Tapi saat dia berdiri. Dia membuka piyamanya. Kontan Aq tersedak saat dia melulu memakai Bikini yang paling sexy dengan warna yang coklat muda. Model bawahannya G-String.

“Huhuuk k k… Aduh Tante aku kira Tante inginkan telanjang”
“Enak aja bila kamu, Om bilang anda suka bercanda”
“Tante nggak malu dilihatin ama satpam Tante, Tante pake bikini laksana ini”
“Ihh ini telah biasa Tante pake bikini kadang terdapat orang dusun ngintip Tante”
“Benar Tante… Tapi sayang Aq tak sempat bawa celana renang”
“Ah… Nggak apa apa pake aja dulu celana dalam kamu. Nanti aku suruh bi’ Imah suruh beli bikin kamu, yuk nyebur…” segera Tante menyeburkan diri. Dengan malu malu Aq membuka bajuku namun belum buka celana. Aku malu ama Tante. Lalu dia naik dari kolam. Dia memdekatiku.

“Ayo cepet… Malu ya ama Tante nggak apa apa. Kan anda keponakan Tante. Jadi sama dengan kakak wanita kamu.”

Waktu dia mendekatiku tampak jelas putingnya menonjol keluar. Maklum nggak terdapat bikini pake busa. Aq melirik unsur payudaranya. Dia melulu tersenyum.

Setelah tersebut dia pulang menarikku. Tanpa basa basi dengan muka tertunduk aku melorotkan celana dalamku. Yang Aq takutkan kepala adikku keliha tan bila lagi tegang menyembul dibalik celana dalamku. Setelah melepas celanaku langsung Aq berenang bareng Tante.

Setelah puas renang aku naik dan segera kekamar mandi yang besar. Aku masuk disana saat Aq hendak menutupnya, tidak terdapat kuncinya jadi bila ada orang masuk bermukim buka aja. Aku segera bergegas lokasi dengan penutup kain. Aku tanggal kan seluruh yang terbelakang ditubuh ku dan Aq membilas dengan air dingin. Ketika berkeinginan menyabuni tubuhku. Terdengar suara pintu terbuka, aku mengintip ternyata Tanteku yang masuk. Kontan aku kaget Aq berusaha supaya tidak ketahuan. Ketika dia membuka tidak banyak tempatku aku spontan kaget segera aku menghadap ke belakang.

“Ehhh… Maaf ya Ren aku nggak tahu bila kamu terdapat didalam. Habis nggak terdapat suara sih”

Langsung segera wajahku memerah. Aq baru sadar bila Tante sudah mencopot bikini unsur atasnya. Dia segera menutupinya dengan telapak tangannya. Aku tahu masa-masa tubuhku menghadap kebelakang namun kepalaku lagi menoleh kepadanya.

“Maaf… Juga Tante… Ini salahku” jawabku yang seolah terbius apa yang Aq lakukan. Yang lebih unik telapak tangan Tante tidak lumayan menutupi seluruh bagiannya. Disana ada puting kecil berwarna cokelat serta paling kontras dengan besarnya payudara Tante.

“Tante tutup dong tirainya, akukan malu”

Segera diblokir tirai itu. Dg keras shower Aq hidup kan seolah olah aku sedang mandi. Segera aku intip Tanteku. Ternyata dia masih diluar belum masuk lokasi shower. Dia berdiri didepat cermin. Disana dia sedang mencuci muka, terlihat payudaranya bergoyang goyang menggairahkan sekali. Dengan sengaja aku tidak banyak membuka tirai agar aku bisa melihatnya.

Aku bermain dengan adikku yang langsung keras. Kukocok dengan sabun cair kepunyaan Tante. Ketika aku intip yang kedua kali dia mengoles kan cairan disekujur tubuhnya. Aku menyaksikan tubuh Tante mengkilap sesudah diberi cairan itu. Aku tidak tahu cairan apa itu. Dia mengoleskan disekitar payudaranya agak lama. Sambil diputar putar kadang supaya diremas kecil. Ketika selama 2 menit kayaknya dia mendesis membuka tidak banyak mulutnya sambildia memejamkan mata. Sambil merasakan pemandangan aku konsentrasikan pada kocokanku dan akhirnya… Crot crot…

Air maniku tumpah seluruh ke CD bekas aku renang tadi. Yang aku kaget kan nggak terdapat handuk, tak sempat aku ambil dari dalam tasku. Aku bingung. Setelah sejumlah saat aku tidak menyaksikan Tante di depan cermin, namun dia telah berada di depan shower yang satunya. Aku terheran-heran waktu dia melorot kan CDnya dengan perlahan lahan dan membuang CDnya kekeranjang dan masuk ke shower. Setelah sejumlah kemudian dia keluar. Aku sengaja tidak terbit menunggu Tanteku pergi. Tapi dia menghampiriku.

“Ren koq lama banget mandinya. Hayo ngapain di dalam”
Kemudian aku menerbitkan kepala ku saja di balik tirai. Aku kaget dia terdapat dihadapanku tanpa satu busanapun yang menempel ditubuhnya. Langsung aku tutup kembali. TERBARU

“Rendi malu ya, nggak usah malu akukan masih Tantemu. Nggak papalah? ” ( tante sange )”
“Anu Tante aku tak sempat bawa handuk jadi aku malu bila harus keluar”
“Aku pun lupa bawa handuk, udahlah anda keluar dulu aja. Aku inginkan ambilkan handukmu.”

Tante telah pergi. Akupun terbit dari shower. Setelah sejumlah menit aku mulai kedinginan yang tadi adikku mengeras mendarat tiba mengecil kembali. Lalu pintu terbuka penolong Tante yang usianya laksana kakakku datang bawa handuk, akupun kaget segera aku menutupi adikku.

Dia melihatku hanya senyum manis. Aku ter tunduk malu. Setelah dia keluar, belum sempet aku memblokir auratku Tanteku masuk masih tetap telanjang melulu aja dia telah pake cd model g-string.

Ada apa Tante. Kok masih telanjang” jawabku sok cuek bebek sebenarnya aku paling malu saat adikku berdiri lagi.
“Sudah nggak malu ya…, anu Ren aku mau mohon tolong”
“Tolong apa Tante koq serius banget… Tapi maaf ya Tante adik Rendi berdiri”
Dia justeru tertawa.”Idih tersebut sih biasa bila lagi liat perempuan telanjang” jawab Tante.
“Begini aku mohon Rendi meluluri badan Tante soalnya tukang lulurnya nggak datang”

Bagai disambar petir. Aku belum pernah pegang cewek sejak ketika itu. Pucuk dicinta ulam tiba.

“Mau nggak…?
“Mau Tante.”

Segera dia berbaring tengkurap. Aku melumuri punggung Tante dengan lulur. Aku ratakan di segala tubuh nya. Tiba mendarat handukku terlepas. Nongol deh senjataku, langsung aku tutupi dengan tanganku

“Sudah biarin aja, yang ada hanya aku dan anda apa sih yang anda malukan.”

Dengan santainya dia membubuhkan handukku kelantai.

“Tubuh Tante bagus banget. Walaupun telah punya anak tetap payudara Tante besar lagi kenceng”

Aku berkata waktu aku tahu payudaranya tergencet masa-masa dia tengkurap. Dan dia melulu tersenyum. Aku kini meluluri unsur pahanya dan pantatnya. terbaru

“Ren berhenti sebentar”

“Akupun berhenti kemudian dia menanggalkan cdnya. Otomatis adikku tambah gagah. Aku tetap tak berani menatap unsur bawahnya. Setelah sejumlah waktu dia mengembalikan badan ke arahku. Lagi lagi aku tersedak menyaksikan pemandangan itu.

“Ren Adikmu lagi tegang tegangnya nih kayaknya sudah nyaris keluar nih.”

Lalu dia mengajak aku mengolesinya dibagian payudaranya. Dia suruh aku agar agak meremas remasnya. Aku juga ketagian acara tersebut disana aku menyaksikan puting berwarna coklat muda lagi mengeras. Kadang kadang aku senggol putingnya atau aku sentil. Dia memekik dan mendesah laksana ulat kepanasan.

“Ren terus remas… Uhuhh remes yang kuat”
“Tante kok jarang rambutnya dianunya Tante. Nggak kaya Mbak Ana” aku bertanya dan dia melulu tersenyum saat tanganku berpindah di wilayah vagina.

Ketika aku menyentuh vagina Tante yang jarang rambutnya. Aku gemetar saat tanganku menyentuh gundukan itu. Belum aku kasih lulur wilayah itu telah basah dengan sendirinya. Aku disuruhnya terus mengelus usap wilayah itu, kadang aku tekan unsur keduanya.

“Ren pijatanmu enak banget… Terus…”

Setelah aku terus gosok dengan lembut mendarat tiba Tante menegang. Serrr serrr, aku menggali sumber bunyi yang pelan namun jelas. Aku tahu kalau tersebut berasal dibagian sensitif Tante. Lalu dia terkulai lemas.

“Makasih ya atas acara lulurannya. Untung terdapat kamu. Ternyata kamu berpengalaman juga ya”
“Tentu Tante, bila ada apa apa dapat andalkan Rendi”

Lalu dia pergi dari kamar mandi itu. Aku menggunakan handuk guna menutupi unsur tubuhku. Aku mengikutinya dari belakang. Ternyata dia berlangsung jalan dirumah tanpa sehelai benang pun. Aku juga segera masuk ke kamar istirahat yang dipersiapkan, tenyata ada penolong yang tadi mengambilkan handuk sedang mengatur pakaianku ke dalam almari.

“Den, Rendi, tadi kaget nggak ngeliat ibu telanjang” sebelum aku jawab.

Dia memberitahukan bila Tante tersebut suka telanjang dan memamerkan tubuhnya ke seluruh orang baik wanita maupun laki laki namun tidak berani bila ada suaminya. Pembantu tersebut juga mengumumkan kejadian yang mengherankan dia tidak jarang renang telanjang dan yang paling mengherankan kadang kadang saat dia menyirami bunga dia telanjang dada di depan lokasi tinggal tepatnya halaaman depan.

“Sudah ganti sana cd terdapat didalam almari tersebut tapi kayaknya anunya den Rendi masih amatir” dia menggodaku.

Sesudah melalui dalam sejumlah hari akupun nyaris sering mandi serupa Tante malahan hampir oleh hari. Makin di anggap tubuhnya semakin oke aja.

Namun aku putus asa sewaktu aku melalui griya tersebut. Aku disana kaga genap 1 1 tahun.

Sewaktu ketika, aku berdiri sendiri di epan ekskalator, di lantai 2 Dieng Plaza Malang. Selama di situ, aku hanya takjub sambil memandangi orang yg sedang lewat di depanku. Sampai tiba-tiba terdapat cewek menghampiriku sambil membawa barang belanjaan dia.

Aku lihat tidak banyak tua tidak banyak lebih tua dariku. Yah.. kutaksir estimasi umurnya 30-an deh. Tapi dia cantik menawan sexy, sesuai jadi bintang film. Apalagi dengan dandanannya yang natural alami dan rambut digerai estetis sedada berwarna merah coklat.., pokoknya cakep banget deh! Bodinya seksi banget. Memakai baju tank top warna putih tipis, yang kayaknya kekecilan bikin dadanya sampai-sampai terlihatlah putingnya di balik bajunya. Aku paling terpesona melihatnya, namun aku fobia tante marah.

Tiba-tiba.. dia nepuk pundakku seraya bertanya,“Maaf mas, bila ‘pasar ikan dimana ya mas’ ?”

Aku berjuang untuk bisa menutupi kekagetanku dan berjuang menjawab sesantai mungkin,”Ahh.., Mbak ini suka becanda ya.. disini mana kak yang jual ikan mbak. Adanya ya di pasar besar..”

“Oh, gitu ya Mas ya..” katanya seraya mikir.

Itulah permulaan dari percakapan kami rupanya dia tadi melulu memancingku aja, hingga akhirnya kenalan dan ngobrol North-South. dia mempunyai nama Juliet, umur 31 tahun, lokasi tinggal di Jl. xxxxxx, mantan gadis sampul yang bersuami seorang pengusaha. Kebetulan suami nya lagi tugas skitar 1 bulan ke Liverpool Inggris, jadi dia jalan-jalan sendirian aja. Belum punya anak, sebab suaminya mengidap impotensi, Setelah ngobrol sekitar kurangnya 1 jam sambil santap di cafe. Lalu, aku diajaknya ke rumahnya. Dia mengemudikan mobil mewah nya BMW Sport 1 pintu.

Seusai hingga di rumahnya yang paling besar. Padahal aku baru melihatnya dari depan lokasi tinggal nya saja.
Setelah klakson dia bunyikan, seorang satpam membuka pintu pagar. Sebelumnya, Mbak Juliet telah bilang, “Kalau nanti didalam ada penolong saya, anda jawab saja saudara dari suamiku, ya….?”

Sambil berakting layaknya bintang sexy sinetron, Mbak Juliet mengenalkan aku sebagai saudaranya pada pembantunya itu. Dan kemudian menyuruhnya guna masak-masak guna di buay santap makan malam nantinya.

“Ayo masuk saja Son..? Duduk-duduk saja dulu sebentar didalem.. ya.. Aku inginkan ganti baju terlebih dulu..” katanya sesudah pembantunya dianya kedapur. “Eee.. mbak.. kamar kecil nya dimana ya..mbak?”tanyaku untuk nya.
“Ayo deh sayangku, mbak tunjukin..”katanya seraya menggandeng tangan kiriku.

Sampai kesudahannya tiba dikamar mandi rumahnya.

“Tuh kamar mandinya disana..” kata nya seraya menunjuk kepintu diujung kamar nya.

Aku langsung ke sana, dan saat mau memblokir pintu, Mbak Juliet dengan sengaja menyangga pintu dari luar kamar mandi nya sambil berbicara dengan genit nya, “Jangan lama-lama ya sayanku!” Terus diblokir aja deh pintunya sama dia.

Pas lagi pipis didalam, mataku spontan langsung tertuju pada suatu benda panjang yang sedang di balik botol-botol sabun itu. Ketika kuambil.., ternyata dildo yang berwarna hitam..! Lalu.. Karena pintunya tak terkunci, secara diam-diam Mbak Juliet tiba-tiba masuk kekamar mandi. Karena saat tersebut aku sedang kaget, spontan ku dipeluk dari belakang secara lembut. Tangan kiri Mbak Juliet langsung saja meraih tanganku yang lagi memegang penis tiruan yg kutemukan tadi, sementara tangan kanannya meremas kontol-ku.

“Ini mainan aku Son, bila lagi kesepian.. ditinggal suamiku sekitar ini” bisiknya tepat di telingaku.Aku terdiam laksana patung, keringat mengucur dengan derasnya..“Tapi jauh lebih enakan andai ada ygasli Son..” desahnya.

Aku benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa disaat dia mulai menjilati leher selama telingaku. Rasanya geli-geli enak dan aku benar-benar tersihir. Sambil terus menjilatiku dia berjuang membuka celanaku dari belakang secara perlahan.

“Hhh.., tidak boleh Mbak..!” aku berjuang mengingatinya.

Tapi.. mengapa Son..? uch….. slurp.. slurp.., nggak suka ya. son.?” desahanya seraya tetap menciumi dan menjilat leherku.Hhh.., Sony masih perjaka saya mbak..!” kataku.
“Ahh.. masak iya sih.. mari dong sayang.. ntar Mbak ajarin deh..klo gtu, nikmat kok Son.. inginkan ya Son..?”katanya
“Tapi mmbakk.. ”teriakku.
“Ayo ikut kekamar Mbak aja yach biar lebih enak..” katanya sambil unik lenganku.

Dia menuntunku dari kamar mandi hingga dipinggir ranjang kamar tidurnya, langsung memagut mulutku dengan ganas. Lidahnya meliuk-liuk mencari-cari lidahku, sementara tersebut tangan dia kembali berjuang membuka celanaku. Aku yang telah pasrah dan bengong, memeluk tubuhnya begitu sexy dan berpayudara montok.

Setelah celanaku melorot, ciumannya berpindah ke leher, ke dada, perut, dan kesudahannya ke kontolku jg. Dia mengurut kontolku pelan-pelan, “Woowww.. enak banget rasanya.. ohh..?” desahku.

“Kamu tetap berdiri, ya Son.. tidak boleh rebah..!” dia bilang ke aku seraya tersenyum manis. Aku mengangguk saja.“Kontol kamu.. Sonn.. enak banget.. uch…!”tak di duga dia langsung menghisap kontolku bahkan mengocok-ngocok di mulutnya.

“Ohh..?” desahku keenakan.

“Hhmm.. uchhh,,,,slurp.. slurp..aaahhh! Aachh.. slurp.. slurp..!”

Kadang-kadang dia sengaja mengguncang-guncang penisku ke kiri ke kanan dengan mulut nya, dan kedua tangan nya mengelus-elus pantat dan biji kontolku.

“Aahh.. tidak boleh kenceng-kenceng dong, Mbak..!” kataku disaat dia memainkan kontolku dengan bernafsu.

Dia melulu tersenyum, kemudian meneruskan kegiatannya. Hisap.. lepas.. hisap.. lepas.., terus dan kesudahannya diapun laksana kelelahan.

“Hmm.., kontol anda enak banget Son..” katanya seraya menjilat bibir nya yang diairi lendir.

Kelihatan sekali dari sorot matanya yang liar bila dia telah sangat memicu saat itu.

“Udah lama saya tak ngisap kontol seenak ini, Sayyang..”
“Mbak..”panggilku.
“Jangan panggil aku Mbak dong..” desisnya seraya terus memainkan kepala kontol ku,”Panggil Jull.. aahh.. aja ya.. sstt..” desahnya.

Kembali dia menjilat kemaluanku dengan lidah meliuk-liuk sepertilayannya lidah ular berbisa. Kali ini jilatannya naik ke atas, seraya tangannya membuka T-shirt-ku. Aku pun tidak inginkan kalah, ikutan membukakan baju dia. Dan ohh.. terlihatlah susunya yang besar itu.. kayaknya 36C. dan Ternyata dia memang tak menggunakan BH. Jadi kini cuman menggunakan CD-nya aja.

“Ayo, hisap dong tetekku Son..” desahnya.

Aku tak mau menantikan lama-lama lagi, langsung kulumat payudara montok nya yang bulat mengandung itu. Awalnya yang kiri, dan yang kanan kuremas perlahan dan memainkan putingnya. Juliet merintih dan menjatuhkan diri keranjang.“Aahhccc.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Son.. aaaccchh.., hiissaapp.. putingku sayang oohh.. oohh..!” desahnya.Aku yang dengan motivasi 75 menghisap cocok perintah dia. Sesaat kugigit lembut putingnya. “Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. ssttcc.. yang.. kuatttt.. sayankk..aahh..!” jeritannya seraya menggelinjang kuat.

Rupanya arus kesenangan mulai menerpa Juliet. Tangan kanan mulai bergerak ke memek nya yang masih pun tertutup CD. Wah, telah basah rupanya..! Apalagi ketika jari tengahku menyelinap diantara gua kecil nikmat, kerasa sekali beceknya di dalam memek tante.

Pinggulnya mulai naik turun, rupanya Juliet sadar terdapat benda asing yang menggesek memek dia. Apalagi ketika jariku unsur klitoris memek nya, kian kencang goyangannya. Seakan berusaha supaya jariku tetap di lokasi klitorisnya, tidak pindah kemana-mana. Terbukti pun saat tangannya memegang tanganku yang terdapat di kemaluannya,”Ya.. Say.. terusshh.. sayanku.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.”

Jumat, 25 Oktober 2019

TINA, ASISTEN DOKTER GIGI

TINA, ASISTEN DOKTER GIGI


Cerita sex – Aku, Haryanto (nama samaran), dipanggil singkat Yanto. Setelah kerja 2 tahun lebih, aku dipindahtugaskan ke kota B ini, tidak seramai kota besar asalku, tapi cukup nyaman. Aku dipinjamkan rumah kakak perempuanku yg bertugas mendampingi suaminya di luar negeri. Sekaligus menjaga dan merawat rumahnya, ditemani seorang mbok setengah tua yg menginap, dan tukang kebun harian yang pulang tengah hari.

Dua bulan sudah aku tinggal di rumah ini, biasa-biasa saja. Oya, rumah ini berlantai dua dengan kamar tidur semuanya ada lima, tiga di lantai bawah dan dua di lantai atas. Lantai atas untuk keluarga kakakku, jadi aku menempati lantai bawah. Di samping kamar tidurku ada ruang kerja. Aku biasa kerja disitu dengan seperangkat komputer, internet dan lain-lain.

Suatu ketika, aku kedatangan seorang dokter giri, drg Retno, ditemani asistennya, Tina. Mereka mau mengkontrak satu kamar dan garasi untuk prakteknya. Untuk itu perlu direnovasi dulu. Aku menghubungi kakakku melalui sarana komunikasi yang ada, minta persetujuan. Dia membolehkan setelah tanya-tanya ini itu.  Maka mulailah pekerjaan renovasi dan akan selesai 20 hari lagi.

Sementara itu, drg Retno menugaskan Tina untuk tinggal di kamar tidur yg dikontrak juga, disamping garasi yg hampir siap disulap jadi ruang praktek. Mulailah kisah dua anak manusia berlainan jenis dan tinggal serumah….

BACA JUGA: CERITA SEX – SELINGKUH BERSAMA SI CANTIK FIFI

Sudah dua minggu Tina tinggal di rumah ini. Dia biasanya membawa makan sendiri, seringkali aku ikut makan bersama dia kalau kebetulan masakan mbok dirasa kurang. Tina berlaku biasa saja mulanya, dan aku tidak berani lancang mendekatinya. Tina berperawakan hampir sama tinggi denganku, tidak gemuk tetapi tidak kurus. Selalu berpakaian tertutup sehingga aku tidak berhasil
melihat bagian yang ingin kupandang. Wajahnya cukup manis.

Suatu hari, mbok minta ijin pulang kampung setelah bekerja 9 bulan lebih tanpa menengok anak cucunya. Aku mengijinkan mbok pulang. Mbok akan minta tolong pembantu tetangga menyediakan makanan untuk aku selama mbok pulang.

Nah, pagi hari  itu aku mengantar mbok ke setasiun bus dengan mobil kantorku, baru pulang untuk mengambil berkas dan berangkat lagi ke kantor. Tina pergi ke klinik dokter gigi Retno dengan motor, biasanya jam setengah delapan pagi sudah kabur dan pulang jam lima atau enam petang, bergantung kepada banyaknya pasien. Untuk praktisnya, masing-masing membawa kunci rumah sendiri.

Sore hari setelah mbok pergi itu suasana rumahku sepi. Aku pulang jam empat sore dan sempat melihat-lihat kebun dan mengambil daun-daun kering lalu membuangnya di tempat sampah. Tina baru sampai di rumah sekitar jam setengah enam, tanpa aku tahu. Dia ternyata ada di jendela memandangku bekerja di kebun. Ketika matahari sudah doyong ke Barat, aku baru melihat ke jendela dan nampak Tina tersenyum di baliknya. Segera aku masuk rumah. “Sudah lama kamu datang, Tina?”  Dia mengangguk. “Aku melihat kamu bekerja di kebun, suatu pemandangan indah, laki-laki rajin bekerja keras… Kagum aku dibuatnya.”

Aku tertawa sendiri, lalu masuk kamar untuk mandi. Kamar mandiku ada dalam kamar tidur, jadi aku bebas berjalan telanjang masuk keluar atau dengan melilitkan handuk saja, seperti sore itu. Keluar kamar mandi, aku terkejut, karena Tina ada dalam kamar tidurku. “Aku masuk tanpa permisi, maaf ya, kamu marah?” Aku jawab, “ Ah tidak, masak marah sih, disambut perempuan seksi dan manis…? Aku mau tukar baju, kamu mau tetap di sini atau…?”  Tina tersipu. “Oh, mau buka handuk, gitu? Aku tunggu di sofa, mau ada perlu sama kamu.”  Tina keluar kamar.

Aku mengenakan kaos oblong dan celana boxerku, lalu menghampiri Tina di sofa, duduk di sebelahnya. Dia menjauh. “Kamu sudah mandi, aku belum… nanti kamu nggak betah di dekatku..”  Aku cuma senyum saja. “Ada pelu bicara apa, Tina…?”  Dia bimbang sebentar, lalu,  “Aku mau numpang mandi di kamar mandimu. Ada shower air hangat kan? Water heater di kamar mandiku rusak, mbok belum sempat panggil tukang…”  Sambil senyum, aku jawab, “Tentu, silahkan saja, tapi pintu kamar mandi jangan dikunci, sulit membukanya. Tenang, aku tidak akan mengintip kamu mandi, jangan takut…”  Tina tertawa, “Tidak ngintip tapi langsung melihat…? Mana ada laki-laki
membuang kesempatan.” Aku malu mendengarnya. “Ah, kamu bisa saja…” itu jawabku sambil memegang bahunya.  “Tuh, mulai ya,..?” katanya sambil setengah berlari masuk kamarnya mengambil handuk dan lain-lain.



Dua puluh menit berlalu, Tina sudah kembali duduk disampingku. Bau wangi menyergap hidungku. “Eh, Yanto, mau nggak antar aku beli kacang rebus atau goreng di simpang jalan?”  Segera aku mengiyakan.

Lima menit kemudian Tina dan aku sudah bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, sekitar 500 meter jauhnya. Sepulangnya, tangan Tina menggandeng lenganku dan aku sempat merasakan buah dada kanannya menyentuh lengan kiriku. Serrr, darahku berdesir, jantungku berdegub kencang. Ibu—ibu di warung dekat situ nyeletuk, “Wah bu dokter sudah punya calon suami… selamat ya?”
Tina tertawa kecil. Ibu-ibu itu sudah akrab dengan Tina, mempersilahkan mampir untuk suatu pertanyaan tentang kesehatan giginya. Sempat terdengar Tina melayani salahsatu dari mereka sambil menyoroti mulut si pasien kampung itu dengan batere kecil, lalu menyuruhnya datang ke klinik besok pagi. Semua pertanyaan dijawab dengan ramah. Aku jadi kagum dengan keramahan Tina. Pantes
kliniknya ramai setiap hari.

Pulang rumah, aku dan Tina duduk di seputar meja makan sambil menikmati kacang rebus dan goreng. Sementara itu aku tetap mencuri-curi pandang wajahnya, atau turun ke dadanya. Tetap tidak kelihatan apapun. Tina seorang perempuan yang tetap menjaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apakah aku bisa menikmatinya, waduh, mengajaknya tidur bersama, pikiranku melayang ke arah hal-hal yang
erotis. Tina menyudahi makan kacang karena kenyang, katanya, lalu bangkit pergi ke tempat sikat gigi (wastafel). Aku merapikan meja makan, lalu menyusul Tina untuk sikat gigi di sampingnya.

Tanganku mulai nakal. Aku nekad menyentuh bokongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Tina seakan kaget, lalu menepis tanganku sambil sedikit menatapku sementara mulutnya masih penuh busa.

Tina berkata, “Jangan mulai nakal… “  Lalu dia membalas mencubit bokongku dan meninju punggungku. “Nih, rasakan, ya…” Dia mencubit berkali-kali dan meninju juga. Lama-lama aku merasa sakit juga, lalu  kutangkap tangannya dan kutarik tubuhnya mendekat, tetapi dia berontak dan lari ke sofa. Selesai sikat gigi, aku duduk disebelahnya. “Kamu masih marah, Tina?” Dia menutup matanya, lalu… menubruk dadaku seraya menangis. Aku heran sekali. “Kamu ini…. Kamu ini… bikin aku gemes! Aku jadi nggak tahan lagi. Dadamu basah ya, dengan air mataku. Buka saja kaosmu…” Aku menurut, dia kembali membenamkan wajahnya di dadaku, lidahnya menjilati
putingku. Bibirnya menciumi dadaku ke kiri dan ke kanan samapi ke lipatan ketiakku.  Ketika lidahnya mau menjilat ketiakku, segera kurapatkan sehingga dia gagal. Wajahnya nampak kecewa. Berbisik, “Kenapa? Nggak mau ya?” Aku jawab, “Nanti kamu nggak tahan baunya, bau keringat laki-laki. Tina, aku ada permintaan…”  Tina menjawab lirih, “Minta apa? “ Kujawab, “Mau nggak kamu tidur di kamarku bersama aku?” Tina diam saja, tidak mau menjawab. Wajahnya sudah ditarik menjauh. Aku takut dia marah. Lalu berbisik, “Kalau aku bilang… tidak mau, kamu marah?”  Aku jawab, “Aku tetap membujuk sampai kamu mau. Sinar mata dan wajahmu mengatakan kamu mau…”

Tiba-tiba Tina bangkit dan berjalan ke kamarnya. Di pintu masuk kamar, dia memalingkan wajahnya lalu menggapai aku supaya mendekat. Aku segera bangkit, menuju kamarnya. “Kamu saja yang tidur di sini, mau?” Aku menggelengkan kepala. “Kamar mandi untuk kamu kan ada di kamar tidurku,gampang untuk segala keperluan…” Tina tersenyum mengangguk. “Kalau begitu, kamu tunggu di kamar, ya, nanti aku menyusul kamu.” Jantungku hampir berhenti berdetak mendengarnya. (Tina mau lho, tidur denganku…!)

Segera aku berjalan ke kamarku, lalu merapikan ranjang, meletakkan dua handuk melintang di atasnya. Tak lupa mengoleskan krim tahan lama pada kepala kemaluanku, lalu memakai sarung setelah melepaskan semua pakaian.

Belum satu menit, Tina sudah berdiri di depan pintu kamar. Melihat aku memakai sarung, dia berkata, “Kamu ada sarung lagi? Aku ingin memakai. Rasanya praktis ya?” Aku mengangguk lalu membuka lemari pakaian, mengambil sarung lagi, kuserahkan kepada Tina.  Dia membawa sarung itu masuk kamar mandi, melirik manis sambil berkata, “Jangan ikut masuk, ya?” Aku tertawa saja, lalu berbaring bertelanjang dada sampai pinggang. Sarung itu menutup bagian bawah setelah pinggang. Tina keluar kamar mandi dengan sarung menutup bagian dada sampai pinggul. Dia meletakkan pakaiannya, termasuk BH dan celana dalam kuning, di meja. Dia melirik lalu tersenyum, “Lihat BH dan celana dalamku? Nih, biar puas melihatnya.” Dia mendekati aku lalu memamerkan BH dan celana dalamnya ke dekat wajahku. Aku mendekatkan hidungku pada celana dalamnya, tetapi dengan cepat dia menariknya sambil tertawa.

Dua detik kemudian, dia merebahkan diri di sebelahku. Aku melihat wajahnya, berpandang-pandangan selama beberapa puluh detik. Kudekatkan bibirku pada pipi, dahi, lalu… ke bibirnya. Dia melumati bibirku, perlahan mulanya. Lalu perlahan membuka mulutnya, sehingga kini mulutku bisa mengisap mulutnya sambil bergoyang ke kiri ke kanan, lalu lidahku bertemu lidahnya. Tina menghembuskan napasnya seperti tersengal, lalu kembali mengisap mulutku bergantian. Lengannya merangkulku, dan kini, yah, benarlah, dadaku bersentuhan dengan buah dada Tina yang kencang mencuat dan berputing keras.  Dalam berahi yang makin membara, aku dan Tina sudah tidak memikirkan apa-apa lagi. Tiga gerakan cukuplah melepas sarung-sarung itu, sehingga tubuh Tina yang telanjang bulat sudah nempel erat dengan tubuhku. Dia mendorongku sehingga telungkup di atas tubuhku yang telentang, sambil terus mengisap dan mengisap dan mengisap mulut seraya bergoyang-goyang ke kiri kanan dan buah dadanya menekan menggeser-geser di dadaku. Aku
sudah terbawa ke awan yang tinggi. Lenganku merangkul tubuhnya erat-erat, jembut Tina bergesekan dengan jembutku, aduh bukan main nafsuku berbaur dengan nafsu Tina. Kemaluanku yang sudah keras itu bergesekan dengan bibir kemaluan Tina, pahanya bergerak-gerak sebentar menjepit pahaku sebentar menindih dan entah gerakan apa lagi.

Sebelas menit kemudian Tina melepaskan diri, mengangkat tubuhnya sambil memandangku. “Bagaimana rasanya, enak dan nikmat..?”  Aku jawab, “Bukan main… Tina, oh ina, buah dadamu.. padat mencuat, aku nikmati sekali. Kamu merasa nggak… jembut kita beradu?
Jembutmu yg lebat, menambah nikmatnya….” Belum sempat kalimatku selesai, Tina sudah menindihku lagi, kali ini dia membuka lengannya sehingga lidahku bisa menjilat ketiaknya yang halus tidak berambut. Kuciumi ketiak Tina beberapa saat, dan tubuhnya menggelinjang. “Ohh,  Yan… Yanto… geli sekali rasanya…” Aku pindah ke ketiak yang satu lagi, dan Tina kembali menggelinjang. “Kamu doyan ya, menilat ketiak cewek?”  Kujawab, “Ketiakmu harum dan indah bukan main. … Siapa bisa tahan membiarkan tidak dicium?” Kujilati terus kedua ketiaknya, dan Tina mengaduh-aduh penuh nikmat. Didadaku masih terasa buah dadanya menggeser-geser.
Pinggulnya bergoyang terus, sampai suatu ketika, dia setengah berteriak, “Yanto… aku nggak tahan…. Ayo kamu di atasku…”

Aku memutar tubuhku sehingga kini berada di atas tubuh Tina. Kedua lengannya merangkul punggungku, “Duh,.. tubuhmu sungguh kekar… aku sangat menikmati…. Ohh….” Sekarang aku menindih buah dadanya, sambil mulutku mengisap-isap dan isap mulutnya. Lidah Tina masuk ke dalam mulutku dan kuisap, alu giliran lidahku menelusuri mulutnya. Tina mengggelinjang, lalu membuka kedua pahanya. “Masukkan kemaluanmu…. pelan-pelan ya, besar sekali kemaluanmu… ooohhh… sudah… sudah masuk semuanya… oohh nikmatnya… nikmatttt sekali…..” Pinggulnya bergoyang naik turun makin cepat seiring dengan gerakan naik turun pinggulku. Terasa
kemaluanku dijepit dan disedot kemaluannya. Aku mengeluh, “Tina, kemaluanmu sempit… duhh nikmatnya dijepit dan… disedot kemaluanmu… ooohhh Tina…” Dia menjawab, “Yan… jangan keluar dulu ya…. Aku masih ingin lama nih, menikmati … persetubuhan
ini..” Lalu menggelinjang hebat ke kiri ke kanan, mulutnya tertutup rapat dalam mulutku dan mengeluarkan suara lenguhan seorang perempuan yang sedang penuh nikmat.

Gerakan tubuhku dan Tina menimbulkan bunyi kecupak-kecupak saat kemaluanku menembus jembut dan kemaluannya yang sudah basah. Aku bertanya, “Tina, boleh kujilat jembutmu,…kemaluanmu….?” Segera dia menggelengkan kepala, meski mulutnya masih dalam mulutku. “Jangan sekarang,… jangan dilepasss… nanti saja…  oohh,… nikmatnya…”  Aku menggeserkan tubuh Tina kesamping, supayua dia tidak kepayahan menanggung beban tubuhku. Dia berbaring disampingku sambil lidahnya terjulur minta diisap. “Tina,…. Aku minta ludahmu…”  Dia menjulurkan lidahnya, kali ini penuh ludahnya. Segera kuisap dan kusedot mulutnya dan kuisap ludahnya semua.  Tina
menggelinjang. “Kamu di bawah, mau…” Aku menggeser kembali, telentang di bawahnya. Tubuh Tina seluruhnya menindih tubuhku, buah dadanya kembali bergeser-geser. Kemaluanku berhasil masuk dari bawah, dibantu tangan Tina. Tina mengdesah, “Ooohh…
aduhhh… nikmatnya, aduuhh… kemaluanmu memenuhi…. Kemaluanku penuh kemaluanmu,  ohhh… terus, Yanto, terus genjot dari bawah…. Oohh…. Ohhh, nikmat sekali, …. “Gerakan tubuh Tina dan aku makin cepat sampai, “ Aku tidak…. Tidak tahan lagi…. Mau keluar…. Oohhh… keluar… Yanto…! Aku sudah keluar…. teruskan, teruskan…. Masih nikmat…. Mau lagi..  Yanto…. Kemaluanmu… nikmat sekali….. adu  jembut, nambah nikmat…. Aku mau keluar lagiiiii…! Yanto, aku … nggak tahan, …keluar lagi,  sudah dua kali… sekarang kamu dong, semprotkan manimu… ooohhh… ohh… terus Yanto, kamu harus puasss…” Aku bergerak terus, tetapi pengaruh krim tahan
lama membuatku tidak gampang keluar.

Aku berbisik, sambil lidahku menjilati lehernya, “Tina, masih nikmat… atau mau ke kamar mandi dulu, lalu berbaring sambil istirahat 30menit dan... mulai babak kedua…?” Tina berbisik mesra. “Aku mau, Yanto, berkali-kali semalam suntuk bersetubuh dengan kamu….
Sekarang ke kamar mandi dulu… “ Dia beringsut mau turun ranjang, tangannya menggapai tissue lalu mengelap kemaluannya. Lalu berjalan beringsut sambil terus memegang tissue di kemaluannya. Aku menyusul dia. Kemaluanku basah dengan air mani Tina, tetapi tidak sampai mengucur.

Di kamar mandi, Tina berbisik, “Yanto, kamu… hebat… sebagai laki-laki, bisa memuaskan aku berkali-kali.” Aku menjawab, “Baru dua kali, Tina… “ Dia tersenyum, berbisik, “Semalam suntuk bisa berapa kali, ya? Aku kepningin terus, berahiku tidak…. tidak terbendung, sudah ditahan berhari-hari. Untung mbok pergi ya, jadi kita bebas ….” Aku menunduk, lalu kuserbu kemaluannya, kuciumi jembutnya, kujilati kemaluannya sampai dia kembali mengeluh nikmat. “Duhh, Yanto, … kamu merangsang lagi… ooh… ohh, aku terangsang… ayo balik ranjang… tapi, aku mau mengisap kemaluanmu dulu… waduh, sudah tegang lagi…” Mulutnya mengulum, mengisap kemaluanku
beberapa menit. “Tinaaa…. Sudah, sudah, nanti aku crot dalam mulutmu, saying sekali. Lebih nikmat crot di dalam kemaluanmu…” Tina tertawa, “Nggak kuat ya? Pakai krim lagi? Biar kuat berjam-jam?” Aku mengangguk lalu memeluk tubuh Tina, buah dadanya kembali nempel dipinggangku. “Tina,… merasakan buah dadamu, sungguh nikmat…”

Sampai di ranjang, kembali dia menindihku. “Kamu di bawahku dulu ya… Eh, belum pakai krim?” Aku beringsut ke meja lalu mengoleskan krim di kepala kemaluanku. “Nih, sudah pakai krim. Tidak takut crot dulu, sejam lagi rasanya.” Kembali tubuhku ditindih Tina, mulutnya kembali menyeruput mulutku, buah dadanya bergerak ke kiri kanan di dadaku, aduh nikmat sekali. “Kamu nafsu lagi,
Tina?” Dia mengangguk, “Ya, kali ini sampai sejam baru aku keluar…. Ketiga keempat, kelima….”

Aku menikmati posisi begini (sebutannya Woman on top missionary sex) selama sekitar 25 menit, terus menerus menyeruput mulut Tina, menelan ludahnya, merangkul erat tubuhnya, mencengkeram bokongnya yang aduhai, dan seterusnya. Tina juga menikmati perannya, memandang wajahku dengan sayu, menjulurkan lidahnya, masuk ke mulutku seraya menelusuri seluruh rongga mulutku, mengisap, mengisap, menyedot, menyedot, terus menerus. Pinggulnya bergerak ke kiri ke kanan, maka terasalah jembutnya bergesekan dengan jembutku, pahanya kadang-kadang menuruni pahaku supaya kemaluanku bisa menggeser-geser kemaluannya yang sudah basah itu.

Setelah sekitar 25 menit itu, Tina melenguh dan mendorongku supaya bergeser ke samping, lalu berbisik, “Kamu naik ke atas ya… aku sudah nggak tahan, ingin dimasuki kemaluanmu…. Yang lama dan dalam,… jangan cepat-cepat, …. putar pinggulmu, nah gitu….ooh… nikmatnya, Yanto, terus… nikmatttt  sekali…. Mauku sih yang lama,…. terus, … sekarang kemaluanmu… benamkan ke dalam
kemaluanku, terus….. yang dalam… ohh, ohh, mmm… mmm…”  Mulutnya kusedot sedot terus, dan dia membalas sedotanku, jadi cuma bisa mengeluarkan suara … mmm…. mmmm…. ahh… ahhh..  Sementara dadaku menindih buah dadanya, sungguh nikmat sekali. Buah
dada yang mencuat dan kencang. Tiap lelaki pasti akan menikmatinya dalam posisiku ini. Aku sendiri mendesah kencang sambil menggerakkan pinggulku, naik turun dan putar-putar. “Tin… ooohh… jembut…. jembut kita…. beradu… nikmat sekali ya…?”  Tina mendesah dalam mulutku, mmm… lalu menjawab, “Betul… jembut ketemu jembut…. dadamu menindih buah dadaku…  nikmat sekali,
Yantoooo… aku nggak tahan lagi… aku mau keluar lagi … Yantooo…. aku … keluar… crot crot…. Oohhh… nikmatnya….” Lengannya melingkari tubuhku dengan kencang. “Yanto,… tubuhmu… enak sekali kurangkul… kekar, … begitu jantan… nikmat sekali.. jangan lepas
dulu ya…. teruskan, Yantoooo… aku masih bisa lagi, … “ Aku gerakkan pinggulku naik turun terus, kurasakan batang kemaluanku disedot dan dijepit kemaluan Tina… Kemaluannya berkedut-kedut… Untung aku pakai krim tahan lama. Siapa sih bisa tahan kemaluannya
dijepit dan disedot begitu. Sekitar 12 menit, Tina kembali mengeluh panjang dalam mulutku, lalu pinggulnya mengejang keras dan… terasa lagi cairan hangat membasahi kemaluanku di dalam kemaluan Tina. Dia terengah-engah, sambil mengisap mulutku dia berbisik,
“Yanto… aku sudah keluar… empat kali ya?” Aku menjawab, “Ya, baru empat kali. Masih mau empat kali lagi sampai pagi?”

Tina berbisik, “Istirahat dulu yuk, setelah bersih-bersih di kamar mandi. Kamu hebat sekali, ya, belum keluar juga air manimu. Nanti aku mau mengisapnya ya, sisa-sisa air manimu, dalam mulutku, kalau sudah keluar dalam kemaluanku….” Dia menuntunku jalan ke kamar mandi sambil menempelkan buah dadanya di sampingku… Perasaanku sudah tidak karuan, lelaki menghadapi perempuan yang nafsunya besar dan tidak dapat dibendung lagi.  Di kamar mandi, Tina mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil menjilati pipi dan leherku. “Yanto…. kamu jantan tulen… aku ingin terus dipeluk dan diapakan saja sampai pagi… “ Lalu menyabuni kemaluannya dan
mengusap kemaluanku, dan menyirami lalu    mengelap dengan handuk.  Tina berbisik, “Mau kuisap… kemaluanmu?” Aku menolak, takut ngecrot di  kamar mandi, lalu kepeluk dia menuju ranjang lagi.

Kembali dia telungkup di atas tuuhku, lalu berbisik, “Mau main 69?”  Aku mau, lalu dia menggeserkan tubuhnya, berbalik arah. Buah dadanya menggeser di dada dan perutku. Mulutku sekarang persis berhadapan dengan jembut dan kemaluannya, yang segera kujilat.
Begitu juga dia, mulutnya menelusuri biji kemaluanku, lalu batangnya, dan menjilati kepalanya sebelum mengulum dengan penuh gairah. Dia mendesah ketika merasakan jembutnya kuciumi dan bibir kemaluan yang berwarna merah itu kujilati dengan sama gairahnya. Posisi ini berlangsung selama sekitar 10 menit, ketika aku merasakan puncak kenikmatanku nyaris sampai, lalu kuminta dia
balik arah lagi. Kembali mulutku mengisap mulutnya, berbau jembut dan terasa agak asin. Dengan gairah penuh dia mengisap mulutku, menjulurkan lidahnya masuk keluar untuk beradu dengan lidahku. Buah dadanya bergerak kiri kanan di dadaku, nikmat sekali rasanya.
Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan main dengan boneka seks lagi. Kalah nikmat dibandingkan tubuh Tina. Lenganku melingkari punggung Tina, bokongnya kucengkeram dan kuelus. Tina mengerang, “Aku nafsu lagi, Yanto…. kamu begitu pinter… membangkitkan
berahiku…”

Dia mendorongku ke samping lalu menarik tubuhku sampai menindih tubuhnya. Kembali kutindih buah dadanya, begitu nikmat. Mulutku mengisap mulutnya, dan kemaluanku masuk ke dalam kemaluannya, jembutku bergesekan dengan jembutnya. Pinggulku
naik turun, perlahan lalu tambah kencang. Selang lima menit, Tina sudah kelojotan, mengerang dalam mulutku, lengannya mencengkeram punggungku, pinggulnya bergerak cepat naik turun dan kesamping, dan… Tina menjerit tertahan dalam mulutku. Kemaluannya kembali memuntahkan cairan hangat, kurasakan kemaluanku disiram cairan hangat. Dia sampai puncaknya lagi.

Dalam kondisi seperti itu, dia tetap memeluk aku. “Yantooo… terus yuk… aku masih bisa keluar lagi. Jangan lepas kemaluanmu, teruskan… 10 menit lagi aku crot… kamu juga kan? Aku merasakan kemaluanmu sudah kedut-kedut. Ayo sama-sama keluar, biar puas bareng…mau?”  Aku mendesah sambil terus bergerak pelan, pinggulku naik turun. “Kamu ini, Tina… manis sekali… wajahmu bikin aku nafsu, buah dadamu bikin aku nggak tahan…. Tin, rasanya aku mau keluar nih, mana tahan sih, merasakan nikmatnya semua ini?” Tina senyum mendengar kata-kataku, lalu memandangku. “Aduhai, Yanto… kamu pemuda ganteng… jantan, … pandai membangkitkan nafsu
perempuan … ayo terus… aku mau nih…. ooh… nikmatnya…”  Tubuh Tina menggelinjang dibawah tubuhku, mulutnya menyedot mulutku, menyedot terus… buah dadanya bergoyang ditindih dadaku.

Aku sudah tidak tahan lagi. Tadi lupa mengolesi krim tahan lama sekembali dari kamar mandi. Tuuhku bergerak naik turun dengan cepat, mengeluarkan bunyi kresek-kresek dan kecupak-kecupak ketika mulutku mengisap mulutnya dan jembutku beradu dengan
jembutnya. “Tina,… buah dadamu… bikin akau tidak tahannn… aku mau keluar nih…” Tina mendesah, “Ayo, terus…. Aku juga mau keluar lagi… oohhh…. Yanto… mmm… ouww…. nikmat sekaliii…. “ Aku sampai puncaknya. “Tinaaa…. Aku keluar…. Aku keluar… oohhh…
nikmatnya buah dadamu, jembutmu, kemaluanmu… oouww…. “ Maka crot-crot-crotlah air maniku dalam kemaluannya. Aku ingat pesannya supaya disisakan air mani untuk masuk mulutnya. Kuarahkan kemaluanku ke mulutnya dan…. crot-crot lagi dua tetes air
mani dalam mulut Tina.

Beberapa menit aku tergolek di atas tubuh Tina, mengatur napas. Tina juga begitu. Tina puas empat kai rasanya, dan aku satu kali. Dia berkata sambil senyum manis, “Yanto, kita sama-sama keluar ya? Sama-sama puas? Besok malam mau lagi? Saban malam… Aku ini
perempuan penuh nafsu, ya? Aku sayang kamu, bakal jadi cinta.” Lalu berdua aku ke kamar mandi, membersihkan tubuh, lalu tidur sampai subuh.